Rahim Pengganti

Bab 86 "Perjalanan Dinas"



Bab 86 "Perjalanan Dinas"

0Bab 86     
0

Perjalanan Dinas     

Sesuai dengan apa yang diucapkan oleh Andrian bahwa Bian akan pergi ke Malang. Dan hari ini, pria itu akan berangkat bersama dengan dua orang pihak Perusahaan dan juga Andrian. Tapi sebelum mereka pergi semuanya akan mampir ke Bandung untuk menyelesaikan meeting penting.     

"Kita bakalan di Bandung berapa lama?" tanya Bian.     

"Hanya 3 hari doang kok. Terus kita akan ke Malang, di sana sekitar satu Minggu," jawab Andrian .     

Risya gadis cantik yang ikut dalam ikut dalam kegiatan meeting ini, selalu mencoba mencuri curi pandang dengan Bian. Andrian yang mengetahui hal itu segera menatap gadis itu dengan tatapan yang sini. Pria itu lalu mendekatkan dirinya ke arah Risya dan mulai berkata. "Jangan coba coba mendekati boss. Dia udah nikah," bisik Andrian.     

Risya hanya diam, gadis itu hanya mengagumi Bian tidak ada keinginan untuk memiliki, tapi Andrian seolah tau bahwa sikap mengagumi akan berubah menjadi menginginkan dan hal tersebut membuat Andrian tidak suka.     

***     

"Selamat datang di Cafe Cemara," sapa salah satu karyawan cafe tersebut.     

Sudah lima bulan lamanya, cafe ini beroperasi dan selama itu juga banyak orang orang yang mampir ke sana, untuk mencoba beberapa makanan atau minuman bahkan hanya nongkrong saja.     

Di dalam ruangannya, Carissa bisa melihat bagaimana para karyawan bertugas. Sapa, Sopan dan Santun adalah hal yang selalu Caca terapkan di tempatnya. Itulah yang menjadi daya tarik tersendiri oleh mereka mereka semua yang datang dan berkunjung ke tempat tersebut.     

Tok     

Tok     

Tok     

Pintu ruangan Carissa di ketuk dari luar, Caca segera meminta orang tersebut masuk.     

"Permisi Mbak," ujar Tia salah satu orang yang Caca percaya untuk mengontrol beberapa urusan dapur dan bahan bahan lainnya yang diperlukan Cafe.     

"Masuk, Tia ada apa?" tanya Caca.     

Tia masuk sambil menundukkan kepalanya, wanita itu lalu duduk di sofa yang memang sudah disediakan oleh Carissa. Apalagi bentuk Sofanya yang begitu lucu serta nyaman.     

Wanita itu masih terdiam, Tia bingung harus memulai semuanya dari mana. Karena jujur saja, saat ini Tia tidak mampu berkata kata. Sudah terlalu banyak pertolongan Carissa kepadanya. Namun, jika Tia tidak mengatakannya maka dirinya tidak tahu harus berbuat seperti apa.     

"Ada apa? Cerita sama saya kalau di dalam hati kamu sedang gundah," ujar Carissa tak lupa dirinya menggenggam tangan Tia memberikan kekuatan.     

Carissa tahu, ada sesuatu hal yang ditutupi oleh Tia, sehingga wanita itu bersikap seperti ini. Helaan napas berat terdengar jelas, air mata Tia menetes dan hal itu membuat Caca bingung. Wanita itu segera memeluk Tia, memberikan usapan di punggungnya dengan harapan Tia bisa lebih stabil.     

"Menangis lah. Setelah itu, lupakan semuanya," ujar Caca.     

Setelah Tia tenang, wanita itu mulai bercerita mengenai ibunya yang sedang sakit. Tia ingin pamit dari Cafe tersebut, bukan karena tidak betah atau gajinya tidak memuaskan. Tapi karena keuangan mereka harus lebih dari biasanya. Gaji yang diterima oleh Tia di cafe ini cukup yaitu 4 juta . Tapi karena kondisi kesehatan sang ibu yang menurun mengharuskan Tia menghabiskan satu Minggu 1 juta, hanya untuk berobat, belum lagi makan sehari hari dan juga biaya sekolah adik adiknya. Sebagai anak sulung, mengharuskan Tia bekerja keras seorang diri.     

"Kamu mau kerja dimana?" tanya Carissa.     

"Saya kemarin dapat kerjaan kerja di club' malam mbak. Di sana di gaji perminggu 8 juta, saya mau coba untuk beberapa bulan di sana supaya bisa bawa mama saya ke dokter, bukan karena di sini tidak bagus mbak. Cuma saya ingin pemasukan lebih," ucap Tia jujur.     

Carissa menghela nafasnya, wanita itu mulai menceritakan semua kemungkinan yang akan terjadi, mendengarkan hal itu membuat Tia merasa takut.     

"Kami bisa menerima tawaran dari saya. Tapi untuk bekerja di club', bukan karena saya tidak suka kamu memiliki penghasilan yang besar. Tapi karena pergaulan di sana seperti itu," jelas Carissa.     

Setelah selesai dengan urusannya Tia lalu keluar dari dalam ruangan Caca, perasaan wanita itu sedikit lega ketika mendengar setiap ucapan yang terlontar dari mulut mereka.     

Ada sedikit beban yang hilang dan hal itu membuat Tia merasa lega, dirinya sudah menganggap Caca seperti seorang kakak. Caca tidak pernah menghakimi, wanita itu selalu berperan sama dengan mereka semua.     

Bukan hanya sikap tapi dunia kerja juga, Caca akan bersikap profesional pada pekerjaannya.     

***     

Hari yang ditunggu tiba, saat ini Bian dan semua orangnya sudah sampai di Malang. Entah kenapa pria itu ingin sekali, berkunjung ke tempat tersebut padahal sebelumnya Malang bagi Bian hanya sekedar kota kecil, tapi sekarang tidak.     

Di dalam mobil ini hanya ada Andrian dan Bian, keduanya sengaja berpisah dengan ketiga lainnya. Bukan tanpa sebab, tapi karena tidak mau atau lebih tepatnya Bian tidak nyaman berada di dekat Risya.     

"Loe kayak seneng banget gitu kita ke Malang. Ada apa? Jangan bilang loe mau lupain Caca dan cari gadis Malang. Gue kasih tahu Elang sama Jodi loe," ucap Andrian.     

Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Andrian membuat Bian rasanya ingin, melempar temannya itu ke sungai Amazon biar di makan buaya di sana. Sungguh Andrian jika sudah bersikap seperti ini, kepintarannya jadi berkurang.     

"Gue capek. Pengen cepat sampai hotel, berapa lama lagi kita bakaln tiba?" tanya Bian.     

"Sekitar 20 menit lagi deh."     

"Hem."     

Bian tidak menghiraukan Andrian pria itu lebih fokus dengan jalanan Malang, lalu memejamkan matanya. Saat ini tubuhnya begitu lelah, Andrian yang melihat dari kaca spion tengah hanya diam dengan wajah kesal.     

Mobil yang dikendarai oleh supir kantor sudah mendarat dengan sempurna di sebuah apartemen mewah. Bukan hotel tapi apartemen teman di mana keduanya akan tinggal selama satu minggu. Alasannya karena tempat ini, cukup strategis dan banyak tempat makan.     

"Loe katanya hotel?" tanya Bian pria itu kaget ketika baru saja membuka mata melihat area sekitar yang berbeda dengan kawasan hotel yang tadi disebutkan oleh Andrian.     

"Gue sengaja sewa apartemen biar lebih pas untuk istirahatnya dan juga di sini wisata kulinernya banyak banget."     

Bian hanya geleng geleng kepala melihat Andrian yang selalu mengambil keputusan seorang diri. Namun, kali ini Bian setuju dengan apa yang dilakukan Andrian, pilihan apartemen ini membuat perasaan Bian semakin tenang.     

Keduanya segera masuk ke dalam kamar mereka. Andrian menyewa dua kamar, entahlah apa maksud pria itu. Mereka langsung menuju ke lift dan menekan tombol lantai 25 gedung apartemen ini sangat indah, bahkan pemandangan gunung terlihat dengan jelas.     

***     

"Oke, makasih ya Mbak. Maaf merepotkan," ucap Caca.     

"Gak ada yang direpotkan Ca. Mbak malahan bahagia kalau di suruh, jagain Melody kayak gini," balasnya.     

Caca tersenyum, wanita itu segera mengantar Bunga menuju pintu. Hari ini Melody dijaga oleh bunga karena asisten rumah tangganya yang biasa menjaga Melody dan membersihkan apartemen miliknya sedang izin.     

Sudah selama dua bulan terakhir, Carissa tinggal di sini. Tempat berlindung, yang dirinya beli dari uang selama ia bekerja dulu. Caca sengaja membeli salah satu unit di sini, supaya bisa lebih dekat dengan cafe dan bisa mengawasi Melody.     

"Hati hati mbak," ucap Caca. Bunga melambaikan tangannya lalu menekan tombol lift sedangkan Caca sudah masuk lebih dulu.     

###     

Hulla. Selamat membaca dan semoga suka. Love you guys, sehat terus buat kalian semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.